Masjid Alit Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten
Ki Ageng Gribig, nama yang tidak asing bagi masyarakat Seputar Klaten, bahkan ketika mendengar nama tersebut ingatan kita akan langsung tertuju pada istilah Yaqowiyu. yaitu acara sebaran apem, nama apem merupakan saduran dari bahasa Arab "Affan", yang bermakna Ampunan. Tujuannya, agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta.
Adat kebudayaan ini dikenalkan oleh Ki Ageng Gribig yg nama aslinya Wasibagno Timur atau Syekh Wasihatno, merupakan keturunan Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Beliau seorang ulama besar yang memperjuangkan Islam di pulau Jawa, tepatnya di Desa Krajan, Jatinom, Klaten.Ki Ageng Gribig memiliki jasa besar pada Kerajaan Mataram. Hingga Sultan Agung bermaksud untuk mengangkat Ki Ageng Gribig sebagai Bupati Nayaka. Namun, Ki Ageng Gribig tidak bersedia dan lebih memilih menjadi ulama dari pada jadi pejabat. wooow luar biasa :)
Sebutan Ki Ageng Gribig melekat pada diri beliau konon dikarenakan kesukaan Ki Ageng Gribig tinggal di rumah beratap gribig (anyaman daun nyiur).
Mesjid Alit, adalah mesjid pertama yang dibangun di Jatinom, adalah buah tangan Ki Ageng Gribig. Kemudian atas perintah Sultan Agung, Ki Ageng Gribig mendirikan mesjid baru yang jauh lebih besar. Mesjid yang berjarak hanya 100 meter dari Masjid Alit ini diberi nama Mesjid Besar Jatinom.
Perjalan kali ini hanya menyusuri seputar masjid alit, belum sampai pada masjid besar, maupun makam Ki Ageng Gribig, mungkin lain kali sekalian pas ada acara yaqowiyu yach :)
Okay, kita awali dari arah timur.
Jalan menuju Masjid Alit dari arah timur. Berjalan di sepanjang alam yg rindang, bersih dan sejuk, pohon2 tinggi berjajar rapi sajikan udara segar, suguhkan kedamaian, selimuti gundah belenggu gelisah. Sesekali aku menarik nafas dalam2 mencoba mencumbui kuasa-Nya, Anugerah illahi yang sering terabaikan, untuk setiap detik udara yang terhirup, tiap kalikah aku bersyukur atau sekadar mengucapkan terimakasih. Aku tertunduk, batapa seringnya terlupa.
Masjid Alit juga sering disebut masjid tiban, di masjid inilah beliau bersujud dihadapan-Nya, masjid Alit merupakan masjid pertama yang beliau dirikan di Jatinom, Klaten. Beberpa waktu kemudian Sultan Agung memberikan perintah kepada Ki Ageng Gribig untuk mendirikan masjid baru yang lebih besar. Masjid baru yang lebih besar dan diberi nama Masjid Besar Jatinom.
Dilihat dari atas, bangunan masjid tua tersebut memang memiliki posisi yang strategis, karena disamping kanan masjid terdapat jalur sungai yang cukup besar dengan bebatuan besar, disamping kiri terdapat sumber air suran, yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat bersuci.
Sumber air suran berasal dari istilah sur-suran disebut demikian karena merupakan sumber air yang tidak pernah berhenti memberikan air yang melimpah.
Di samping sumber suran terdapat gerbang tua menuju gua suran, gerbang ini sempat menyita perhatianku, aku terhenti beberapa waktu merasakan keberadaan gerbang dengan anak tangga yang terbuat dari batu kali, ditata sedemikian rapi. Keindahan alami. Subhanallah.
Gua suran, ditempat ini Ki Ageng Gribig melakukan semedi, gua ini tidak terlalu dalam, lebarnya juga hanya seukuran tubuh manusia, tingginya kurang lebih satu meter, sehingga harus menunduk ketika hendak memasukinya. Ketika bersemedi, ular dan macan menjadi penjaga beliau.
Disebutkan salah satu kesaktian Ki Ageng Gribig adalah kemampuan beliau melakukan perjalanan dari tempat tinggal Beliau di Jatinom ke Makkah Al-Mukarrromah hanya dalam waktu singkat, bak orang melempar batu, sehingga setiap hari beliau dapat pergi ke tanah suci dan kembali ke kampungnya setiap hari. Suatu hal yang mustahil di zaman itu dan saat ini.
Ular penjaga pintu gua suran, melihat bentuknya yang besar dan memakai mahkota, menurutku ini adalah sebuah ular naga, berada tepat di bawah pohon besar melingkar dengan kepala mendungak, terlihat selalu waspada.
Macan panjaga pintu gua suran, letaknya bersebalahan dengan ular tadi, sama-sama dibawah pohon besar, sama-sama waspada, bahkan terlihat sedang menyeringai.
Macan penjaga gua ternyata tidak sendirian, mereka terlihat berpasangan, kalo gag salah, nama pasangan macan tersebut adalah Nyai Kopek, (kalo salah mohon konfirmasinya ya :D)
1 komentar:
ass wr wb ......dikala saya masih kecil tidak jauh ceritanya seperti itu, tapi alangkah baiknya zamannya sudah berubah zaman sudah modern tidak ada jeleknya dan atau tidak ada salahnya, kalau tempat tempat tersebut di bangun sedemikian rupa indahnya, demi anak cucu kedepan, apalagi di kembangkan yang sedemikian baik dan indahnya menjadi kota wisata, demikian harapan kedepan 12/9/2017
nama saya H. Sardjiyanto, tinggal di Kota Bekasi, di kala kecil mainnya di masjid besar jatinom.
saya masih darah kelahiran jatinom, Kakek dan Nenek Priyo Oetomo, tinggal tidak jauh dari Masjid Besar dan Kecil Jatinom, mempunyai anak 5 lima bersaudara ( 1. alm. Ibu Ngatini, 2. Alm. Ibu Sudriyah, 3. Alm. Bpk. Mulyono, 4. Alm. Ibu Siyam)
dikala ada kesempatan saya sambung lagi .............wass wa wb
Posting Komentar